Minggu, 04 Maret 2012
Apa Bedanya Akhwat dan Cewek?
Pelatihan
hari ini luar biasa, tentang pemberdayaan masyarakat. Bagaimana
menyusun sebuah program yang baik dan berdaya guna. Sebuah bekal,
amunisi saat penempatan nanti di daerah. Mengasikkan dan melelahkan.
Bagaimana tidak, full seharian duduk manis mendengarkan sang trainer
memberikan materi, apalagi dengan kondisi tubuh yang kekurangan glukosa,
kantuk melanda. Astaghfirulloh.
Rasa
kantuk ini aku alihkan dengan mencuri-curi online dan smsan, berdiskusi
dengan seorang teman tentang banyak hal. Tentang kuliah dan dunia
kerja. Hingga kemudian ia mengajukan pertanyaan kepadaku.
“kak,
apa sih bedanya cewek dan akhwat? Bukannya akhwat itu artinya perempuan
ya? Berarti semua perempuan pantas dong dipanggil akhwat? Nah yang
membingungkan, di kampusku itu yang dipanggil akhwat itu hanya yang
jilbabnya gede doang”
Aku diam, tidak membalas smsnya. Pertanyaan ini pasti membutuhkan jawaban yang panjang, gak pas kalau lewat sms, itulah mengapa kemudian tulisan ini ku buat dan murni hanya hasil pemikiran penulis. Selamat membaca.
Apa
bedanya akhwat dan cewek? Ya sama saja, hanya satu menggunakan bahasa
arab, sedangkan kata yang lain adalah bahasa Indonesia. Namun ketika
kata ini dipakai di kampus-kampus yang ada di Indonesia, ‘akhwat’ ini
mengalami penyempitan makna. ‘Akhwat’ tidak lagi diartikan hanya dengan
kata perempuan atau wanita, tetapi memiliki atribut tambahan yang
menempel. Panggilan ‘akhwat’ kemudian ditempelkan hanya pada
perempuan-perempuan yang sudah ngaji dan berjilbab gede. Yang
biasa-biasa saja, cewek, ammah, awam, atau apalah sebutannya. Berikut
penulis sampaikan beberapa perbedaan yang ada selama ini :
Akhwat
memiliki beberapa ciri diantaranya sudah bisa menjaga sikap, menutup
aurat dengan baik dan benar, sudah bisa menjaga interaksi dengan lawan
jenis, ikut kajian mingguan, sudah bisa menjaga emosi, dan lain-lain.
Sedangkan cewek adalah kebalikan dari ciri-ciri akhwat. (ini murni
menurutku pribadi, kalau menurut kalian??)
Mungkin
tidak masalah jika hanya sebatas itu, hak setiap orang untuk memanggil
dengan sebutan apa, asal masih dengan panggilan yang baik. Namun, yang
jadi masalah kemudian adalah jika kita menentukan baik dan buruknya
seseorang hanya karena busana yang digunakan. Bagiku baik dan buruknya
seseorang hanya Alloh yang boleh menentukannya. Kita hanya harus
menunjukkan usaha pribadi yang kita lakukan menuju arah yang baik itu,
menutup aurat dengan baik, menjaga sikap dan emosi, dan lain-lain.
“kita
sedang bergaul dengan manusia” seorang sahabat suatu ketika
menasihatiku, “bukan dengan setan yang selalu jelek, dan bukan dengan
malaikat yang selalu baik dan tak pernah salah”. Maka bersikaplah
pertengahan, jangan terlalu menilai jelek seseorang dan jangan juga
terlalu mendewakannya. Semoga bermanfaat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar